- "Gini loh, Mas. Jadi... Gini aku ini anu itu ehm anu itu, aku kangen kamu." Ucapnya terbata-bata, sambil menahan rindunya
- "Aku hanya ingin membunuh masa lalu yang penuh denganmu." Jawabnya lirih berteduh kesepian, gerimis kecil turun dari pelupuk matanya.
- "Kalau kita terus seperti ini, aku tidak akan pernah butuh air mata." Ungkapnya jujur, sambil memelukku lebih erat.
- "Kau tahu? Aku selalu suka menghabiskan waktu denganmu, rasanya seperti waktu tak memiliki batas." Sambil tersenyum kecil, aku menatapnya.
- "Apalah arti status jika tak mengandung cinta?" Lalu, dia menarik tanganku. Aku lupa kalau istriku menunggu di rumah.
- "Wajahmu yang bodoh saja bisa menyebabkan rindu, apalagi suaramu yang lugu itu!" Aku tersenyum padanya, tak ingin semuanya berakhir.
- "Aku pernah menjadi bodoh hanya karena mencintaimu, bukankah itu cukup gila?" Tanya singkatnya menodong pikiranku.
- "Memaafkan itu kan memang wujud nyata dari mencintai." Jawabnya melemah. Aku menyesal telah membohonginya berkali-kali.
- "Rindu itu kan memang tak beralasan, kalau kau tanya alasannya, maka aku diam." Ucapan lugunya merasuki otakku perlahan.
- "Aku menyesal karena belum menemukan cara untuk melupakanmu." Tangisku yang tertahan ditenggorokan langsung berdesak-desakan keluar.
- "Kau membuatku jatuh cinta tapi kau tak mau menolongku untuk bangun!" Dengan nada tinggi, aku "membisikan" kalimat itu pada telinganya.
- "Walaupun kau masih sering menyakitiku, aku pun masih tak punya alasan untuk membencimu." Ucapnya lugu, aku tetap mematung.
with love :)
Lena :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar