10 Feb 2011

* Menjaga Hati *

Menjaga hati. Seakan teringat akan sebuah lagu miliknya Yovie - Nuno. Sepenggal lagu bernuansakan cinta. Tapi yang ingin kutulis kali ini bukanlah soal lagu tersebut. Hanya sebuah tulisan, sebagai pengingat untuk diriku sendiri. Pengingat dikala hati ini merasa resah, sedih, kecewa, ataupun gundah gulana. Pengingat dikala aku mulai berfikiran yang tidak jelas, dan berdampak pada hati.


Tentu kita tahu bahwa yang namanya resah, kecewa, sedih itu semua merupakan perasaan hati. Sementara perasaan itu bersumber pada pikiran kita. Jika pikiran kita netral, tentu hati kita tentram. Secara otomatis pula, jika kita berfikir yang negatif? maka hati kitapun juga akan resah. Aura negatif pun melingkupi hidup kita. Kehidupan kita pun terasa tidak nyaman. 

Itulah yang kurasa beberapa akhir ini. Dalam beberapa masalah, aku merasa sedih, kecewa, ataupun tidak nyaman. Tidak nyaman dengan kondisi ini. Tidak nyaman dengan pemikiran ini. Alhasil, akupun terkadang menangis sendiri. Normal? Jelaslaah.. namanya juga manusia. Namanya juga wanita, lebih menggunakan hati daripada pikiran. Tak seperti kaum adam, yang lebih bisa menggunakan rasio, bahkan terkadang menjadikan mereka terkesan cuek. Itulah kodrat kita sebagai manusia. Berbeda, namun harus pandai - pandai menyikapi perbedaan ini. 

Lalu tatkala ada masalah yang membuat resah, apa yang harusnya kulakukan? terkadang itu pertanyaan yang terbesit dalam pikiranku. Mengapa ada orang yang bisa tenang dalam menghadapi badai masalah? Namun kenapa ada juga orang yang sampai bunuh diri karna tak bisa menanggulangi keresahannya? Menurutku, ya karna itu tadi. Hati dan pikiran merupakan dua hal yang saling berkaitan. Jika hati dan pikiran seimbang? maka aura positiflah yang mengalir dalam diri. 

Resah? sedih? kecewa? itu semua kita rasakan, karena realita hidup yang berbeda dengan  keinginan kita. Sementara keinginan itu bersumber pada pemikiran. Resah? lebih terjadi karena kita tidak siap. Lalu muncullah pertanyaan-pertanyaan bernada *bagaimana*. Misalnya saja, bagaimana kalau nanti tidak dapat rejeki? bagaimana kalau nanti pekerjaan saya tak disukai atasan? bagaimana kalau nanti anak saya tak lulus ujian? serta pertanyaan semacam itu. Di bawah sadar, karena pertanyaan itu mengalir dalam pikiran kita, tentu akan membawa dampak pada hati. Hati kita pun menjadi tidak tenteram. Efek lainnya pun bisa berupa stres. Demikian juga dengan kesedihan ataupun kecewa. Sedih karena tak bisa sesuai dengan PEMIKIRAN kita. Terlontarlah kalimat *Mengapa*, lebih pada pertanyaan : mengapa ini terjadi, dan senada semacam itu.

Memang butuh waktu, untuk bisa menyeleraskan hati dan pikiran. Butuh tingkat keimanan juga. Libatkanlah Allah swt selalu, dalam setiap hela nafas kita. Dalam setiap langkah kaki kita. Itulah yang terkadang terlupakan. Begitu juga aku. Terkadang tidak bisa melihat kebesaran Allah swt. Terkadang melupakan kalimat innallaha ma'anna.. Sesungguhnya Allah bersama kita. Hanya saja, diri ini yang terkadang malah melupakan. Padahal jelas, Allah swt sangat mencintai kita. Selalu membersamai kita, dalam suka maupun duka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar